Tentu kita penasaran kok bisa, ya? Caranya bagaimana?
Ternyata proses pengolahan BBM dari limbah plastik cukup sederhana. Pertama-tama, cacah limbah plastik yang telah dikumpulkan. Limbah ini bisa berupa botol plastik bekas air minum atau bekas kemasan sampo. Setelah dicacah, limbah plastik dimasukkan ke dalam tabung penyulingan yang dipanaskan dalam suhu 250 sampai 400 derajat Celsius. Alat pembakaran ini dibuat dari bekas tabung gas elpiji yang berfungsi sebagai tabung pemanas atau pembakar. Tabung pemanas dihubungkan dengan pipa penyulingan yang terhubung dengan tabung penadah uap atau hidrokarbon. Uap yang dihasilkan dari pembakaran diambil dan didinginkan sampai cair dan menjadi minyak. Lalu, jernihkan untuk membedakan yang menyerupai bensin dan minyak tanah.
Nilai oktan BBM limbah plastik ciptaan SMK Negeri 3 Kota Madiun sudah mencapai 84-85 persen. Namun ini masih di bawah nilai oktan Premium yang mencapai 87-88 persen dan Pertamax yang bernilai oktan 91-92 persen. Makin tinggi nilai oktan BBM, semakin bagus kualitasnya untuk pembakaran mesin. Bilangan oktan adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan.
Meski belum sebaik Premium dan Pertamax, BBM dari limbah plastik ini pernah diuji coba untuk menjalankan mobil dan motor. Hasilnya, kendaraan bisa jalan, tetapi RPM mesin masih naik turun. BBM dari plastik ini harus disuling lagi untuk mengurangi kadar air, sehingga kualitasnya semakin bagus.
Jika penelitian ini bisa berhasil dengan baik, tentu pengolahan limbah plastik jadi BBM itu bisa mendatangkan keuntungan. Satu kilogram limbah plastik yang harganya sekitar Rp 500, jika diolah, bisa menghasilkan satu liter BBM seharga Rp 8.000. Yang terpenting, hal ini bisa mengurangi sampah plastik yang sulit didaur ulang dan sekaligus sebagai energi alternatif menggantikan bahan bakar dari fosil.
Disarikan dari Tempo.co, foto dari Sapteka di flickr.com
sumber : sobatbumi.com